Avatar 1

Avatar 2

harry maksum dan nisye maksum

harry maksum dan nisye maksum
harry maksum dan nisye maksum

Selasa, 14 Desember 2010

Ikang Fawzi Suami Marissa Haque Rocker Indonesia Pertama Jadi MBA dari UGM


Ini Pendidikan Ala Ikang Fawzi

"Senang sekali akhirnya bisa dapat gelar magister, kuliah selama 1,5 tahun."Rabu, 15 Desember 2010, 00:25 WIB
Antique, Beno Junianto

Ikang Fawzi (VivaNews/ A. Rizaluddin)

VIVAnews - Keluarga Ikang Fawzi di Yogyakarta sedang berbahagia, sebab Ikang Fawzi suami artis Marissa Haque dengan nama lengkap Ahmad Zulfikar Fawzi dinyatakan lulus dengan memuaskan dari Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Gajah Mada dan berhak menggunakan gelar MBA.

"Senang sekali akhirnya bisa dapat gelar magister, kuliah selama 1,5 tahun. Karena serius, saya bisa cepat selesai kuliah," ujar Ikang Fauzi saat dihubungi VIVAnews di Jakarta, Selasa 14 Desember 2010.

Ikang mengaku sangat mendapat dukungan dari sang istri untuk bisa menyelesaikan kuliahnya di kampus terbesar di Yogyakarta itu. "Dukungan istri ini sangat menyuntik saya, dan saya akan terapkan ke anak-anak karena kelak juga harus sama dengan ayahnya," ujarnya.

Tesisnya setebal 300 halaman lebih, yang berjudul Analisa Strategi Bisnis Properti-tainment di Salah Satu Industri Bisnis Properti (studi pada PT Impian Jaya Ancol) dibuat karena Ikang sangat ingin serius dalam bisnisnya kelak.

"Memang saya lihat potensi besar dengan tempat hiburan seperti Ancol ini. Siapa tahu, saya ke depannya akan membuka tempat hiburan besar," harap penyanyi kelahiran 23 Oktober 1959 ini.

Ikang yang bisa menyelesaikan kuliah S2-nya berharap agar ditiru anaknya kelak. "Ini yang saya terapkan di keluarga, Muliawati Fawzi dan Marsha Chikita Fawzi bebas menentukan bakatnya ke depan tapi tidak boleh melupakan pendidikan, terutama istri saya yang serius dalam pendidikannya ini."

• VIVAnews

Sumber: http://showbiz.vivanews.com/news/read/193785-ini-pendidikan-ala-ikang-fawzi

Jumat, 19 Februari 2010

Saudaraku Ikang fawzi Akhirnya Bersiap Mendukung Adik Sekjen Partainya di Lampung Selatan

Dalam Pilkada di Lampung Selatan 2010 besok tertanggal 30 Juni, Saudaraku Ikang fawzi Akhirnya Bersiap Mendukung Adik Sekjen Partainya di Lampung Selatan

Sabtu, 19 September 2009

Tawa Lebar Kemenangan Ratu Atut Chosiyah Menjegal Ikang-Marissa Melalui Fernita Darwis Calo PPP di KPU

Kiriman Ummu Khoir

http://ummukhoir.blogspot.com




Saya mengirimkan sebuah sms panjang yang isi singkatnya adalah kurang lebih sebagai berikut: "... bahwa jangan pernah kita berhenti bermotivasi hanya karena Allah SWT semata."



Tawa Lebar Timses Ratu Atut Chosiyah Setelah Sukses Besar Menggulung Pasutri Ikang-Marissa, sangat mungkin tak lama lagi akan menjadi tangis pilu yang menusuk hati. Apalagi kalau bukan balasan atas energi jahat yang menggulung mereka sendiri -- hukum kekekalan energi...



Kami semua pastikan bahwa ada yang sedang tertawa lebar atas sukses gemilang timses Ratu Atut Chosiyah Setelah Sukses Besar Menggulung Pasutri Ikang-Marissa dalam Pileg kemarin ini. Namun Gusti Ora Sae, Allah SWT tidak pernah tidur, dan dunia selalu berputar.

Janganlah kita mengaku paling beriman dan paling mengerti bedanya surga dan neraka kalau untuk diri sendiri tidak mampu membedakan harus berkawan dengan siapa agar mampu menjadi Kekasih Allah...

Minggu, 06 September 2009

Kontemplasi Marissa Haque Teman Nisye dan Saya di Atas Pesawat North West, Detroit, AS



Sumber: http://www.marissahaque-dulu-pdip.com/terbang/

Gagasan Terbang ke Angkasa Biru serta jendela yang berjejer banyak dari dalam pesawat saya angkat ke dalam situs ini sebagai sebuah ide dasar yang muncul saat saya sering melakukan perjalanan panjang pulang-pergi dari rumah di Bintaro, Jakarta Selatan menuju Athens, Ohio tempat saya menyelesaikan studi Master keduaku pada bidang studi Film dan Televisi di Ohio University, AS.

Saat matahari tenggelam, lalu terbit kembali, disusul oleh naiknya sang fajar yang disempurnakan oleh langit biru nan cerah membawa hati dan pikiranku melambung tinggi mengikuti arah bias sinarnya. Momen indah nan singkat ini tak pernah kubiarkan luput dari dzikir dan syukurku ke hadirat Nya. Sekaligus mengabadikannya ke dalam beberapa snap shots dengan menggunakan manual dan digital photo camera yang tak pernah tertinggal dalam tasku.

Pertimbangan lainnya mengapa tema Terbang ke Angkasa Biru ini saya pilih, karena saya selalu merasa terus berada dalam perjalanan panjang yang tak pernah henti. Persis seperti cakrawala tak bertepi di atas kepala saat berada di ketinggian ribuan mil diudara. Kehidupan manusia yang terus berterbangan menuju pusarannya di Atas Sana.

Langkah kehidupanku yang belum selesai, masih terasa panjang untuk disempurnakan. Seiring dengan penerbangan-penerbangan panjang yang kulalui tanpa rasa jemu. Penerbangan-penerbangan yang kuiringi dengan senyum ikhlas serta doa syukur yang tak pernah henti. Sambil menanti penerbangan panjang yang sesungguhnya, menuju muara Sang Kekasih Abadi.

Kontemplasi oleh: Marissa Haque Fawzi
Saat berada di pesawat North West, Detroit, 2003, Menuju Columbus, Ohio, Amerika Serikat.

Jumat, 07 Agustus 2009

Kiriman Marissa Haque dari Seminar IT & ICT di ITB Pak Arifin Panigoro




Catatan Kiriman Marissa Haque dari Seminar IT & ICT di ITB Pak Arifin Panigoro


Semangat mbak Marissa Haque untuk Menularkan Ilmu kepada Seluruh yang Dekat di Hatinya dilakukan dengan Cara Mengirimkan Informasi sebagaimana yang saya bagi dibawah ini:

80 tahun yang lalu, pada tanggal 28 Oktober 1928, dengan optimisme yang tinggi akan potensi-potensi yang dimiliki oleh Indonesia, para pemuda Indonesia berikrar untuk menyatukan semua potensi-potensi yang ada dalam Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, Indonesia.

Kuliah Umum di ITB berjudul Merebut Masa Depan : Menyemai Energi, Pangan dan Pendidikan, yang dibawakan oleh Arifin Panigoro, founder of Medco Group sungguh merupakan acara peringatan 80 tahun Sumpah Pemuda yang membangkitkan optimisme bahwa Indonesia kaya potensi dan Indonesia bisa Merebut Masa Depan.

Arifin memulai kuliahnya dengan membahas masalah Kemiskinan, Globalisasi dan Krisis yang sedang kita hadapi yang dilanjutkan dengan tantangan dan peluang di bidang energi. Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya energi yang melimpah dan beragam baik yang bersumber dari fosil seperti minyak bumi, batubara, dan gas alam, maupun sumber energi yang terbarukan seperti tenaga surya, tenaga angin, tenaga air, biomasa, tenaga gelombang/ombak. Meskipun potensi energi melimpah, Indonesia sampai saat ini tetap belum bisa memenuhi kebutuhan energi dalam negerinya sendiri. Pada tahun 2006, sumber utama pasokan energi Indonesia adalah minyak bumi ( 40.5 %), biomasa (23%), batubara (17,1%), gas alam (16.5%), dan geothermal (0,9%). Pada saat yang sama, kemampuan pasokan yang bersumber dari minyak bumi terus menurun. Jika tidak ditemukan cadangan minyak baru, dengan tingkat produksi sekarang, cadangan minyak Indonesia diperkirakan akan habis dalam 18 tahun. Saat ini Indonesia mengimpor BBM 350 ribu barel per hari. Impor ini sangat mempengaruhi nilai tukar dollar.

Disisi lain, Situasi pangan di Indonesia sekarang ini menempatkan Indonesia dalam posisi yang sangat rentan terhadap krisis pangan. Tidak kurang dari Menteri Pertanian RI yang menyatakan bahwa Indonesia di prediksi akan mengalami krisis pangan pada tahun 2017. Peningkatan kebutuhan karena pertumbuhan penduduk (sekitar 1.5 % pertahun) tidak diimbangi dengan kemampuan produksi dalam negeri. Bahkan kemampuan produksi cenderung turun karena makin banyaknya lahan pertanian yang dikonversikan menjadi pemukiman dan daerah industri. USDA (US Departement of Agriculture) mengidentifikasi makin besarnya ketergantungan Indonesia terhadap dunia luar dalam bidang pangan. Dalam hal beras misalnya, kalau tidak ada perubahan yang signifikan, tahun 2014 Indonesia diperkirakan akan mengimpor beras 2.4 juta metrik ton, ini hampir 2.5 kali dari impornya tahun 2004.

Kolaborasi Untuk Kemandirian Energi dan Pangan

Mengembangkan energi terbarukan dan pengadaan pangan yang mampu menjamin kemandirian Indonesia dalam bidang energi dan pangan adalah upaya besar yang hasilnya baru akan dirasakan dalam jangka panjang. Proyek besar ini mensyaratkan adanya kerja sama yang sangat erat antara pemerintah (pusat dan daerah), swasta, dan lembaga-lembaga penelitian. Dalam konteks ini, pemerintah perlu menjalankan beberapa peran sekaligus : sebagai promotor, fasilitator, enabler dan investor. Lembaga-lembaga penelitian di perguruan tinggi maupun swasta perlu mengerahkan potensi terbaiknya untuk berkontribusi digaris terdepan dalam penelitian dan pengembangan energi terbarukan dan pangan. Penelitian dan pengembangan tersebut hendaknya didukung oleh pendanaan bersama dari pemerintah dan swasta.

Sebagai contoh, untuk mengembangkan produksi etanolnya, Brazil misalnya tidak hanya menyediakan dana untuk riset secara besar-besaran, namun juga memberi insentif dalam bentuk suku bunga rendah dan insentif pajak kepada perusahaan yang melakukan investasi dalam produksi etanol dan para pemakai etanol. Disamping itu, pemerintah Brazil juga menetapkan peraturan yang mewajibkan pemakai kendaraan bermotor untuk memakai bahan bakar yang dicampur dengan etanol. Kebijakan yang jelas dan dijalankan secara konsisten oleh Brazil itu baru dirasakan hasilnya sesudah kerja keras selama 30 tahun.

Mengembangkan Papua Selatan

Arifin melihat Papua Selatan sebagai lahan yang potensial untuk dikembangkan, baik untuk energi baru maupun pangan. Wilayah yang akan dikembangkan meliputi empat kabupaten yaitu Merauke, Mappi, Asmat dan Boven Digul, seluas 12 juta hektare. Pulau Jawa yang memiliki luas sama (sekitar 12 juta hektare) berpenduduk 120 juta jiwa. Papua selatan penduduknya hanya 350 ribu jiwa. Tanah di Papua Selatan ini datar dan dekat pantai. Tim Peneliti dari Institut Pertanian Bogor menyatakan tidak ada masalah dengan kondisi tanahnya. Sistem pengairan bisa dikembangkan dengan memanfaatkan sungai sepanjang 200 Km yang ada disana.

Sebagai proyek percontohan Medco Foundation mencoba mengkombinasikan inovasi sosial dan inovasi teknologi dalam pengembangan MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estate). Proyek ini menerapkan prinsip ownership sharing yang menghargai kepemilikan lahan oleh warga setempat. Disamping itu tim ahli Medco Faundation terus menerus melakukan eksperimen teknis agar tanaman pangan yang ditanam di daerah yang kondisinya khas dapat memberikan hasil terbaik.

Meskipun potensial, belum ada infrastruktur yang memadai disana. Di akhir kuliah umum, MOU ditanda tangani antara Medco Foundation dan ITB, dimana ITB diminta membantu menangani tata ruang, infrastruktur, irigasi, teknologi pengolahan hasil panen dan energi terbarukan.

Menyalakan Lilin dan Menjadikan Gerakan

Pengembangan energi terbarukan dan peningkatan produksi pangan adalah dua isu yang penanganannya tidak bisa ditunda. Setiap penundaan akan menimbulkan resiko yang lebih besar di masa yang akan datang, yang akan memperbesar peluang Indonesia untuk menjadi bangsa yang hidup dari belas kasihan negara lain karena tidak mampu menyediakan pangan buat rakyat sendiri. Untuk itu, Arifin berprinsip lebih baik menyalakan lilin dari pada mengutuk kegelapan.

Ia pun mengajak pengembangan energi terbarukan dan peningkatan produktivitas pangan dijadikan “gerakan” dalam arti dikampanyekan secara luas dan terus menerus, melibatkan semua unsur bangsa (pemerintah, swasta, LSM, lembaga pendidikan dan masyarakat luas), jelas terukur sasarannya, jelas sumber dayanya, dikoordinasikan pelaksanaannya, dimonitor dan dievaluasi hasilnya dari waktu kewaktu.

Acara kuliah umum ini dikemas sangat apik dan interaktif, memanfaatkan teknologi multi media dan dihadiri oleh rektor dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, kalangan media, tokoh masyarakat, sekelompok petani dari Papua dan Kalimantan Tengah.

Marissa Haque: Indikator Kecurangan Pilpres Dimulai Sejak Pilkada Banten 2006 atas Dugaan Ijazah Palsu Ratu Atut Chosiyah dari FE-Univ Borobudur



Sumber:http://marissahaquefawzi.blog.friendster.com



Apakah Indonesia negara hukum?


Jelas tercantum didalam UUD 45 Pasal 1 ayat 3. Apakah hukum positif Indonesia mampu ditegakkan dengan adil, setara, serta tidak tebang pilih selama masa 6 kali Indonesia ganti Presiden? Masih menjadi tanda tanya besar untuk menjawabnya dengan baik dan benar. Apakah hukum di Indonesia mampu berdiri tegak tanpa campur tangan politik tingkat tinggi demi kepentingan politik jangka pendek semata selama ini? Hmmmm... agak sulit menjawab dengan Jujur tanpa merasa takut ditangkap Polisi karena dianggap telah melakukan delik pidana Pasal 310 dan 311 KUHP terkait dengan perlakukan tidak menyenangkan dan pencemaran nama baik.

Photo diatas ini adalah saksi sejarah disaat saya pertama kali pada tahun 2007 disaat melaporkan kasus pemakaian ijazah aspal (asli tapi palsu) yang diduga digunakan oleh Ratu Atut Chosiyah disaat mengikuti Pilkada Banten 2006 lalu. Bambang Hendarso yang ketika itu menjabat sebagai Kabareskrim dan berpangkat Irjenpol menerima saya dan rekan pengacara saya bernama Khairil Poloan, SH, MH dan Yulita, SH, MH, termasuk mbak RA. Menik Haryani Kodrat sekretarisku yang setia selama 16 tahun masa pengabdian ini.

Bertempat dikantor Kabareskrim diruang kerjanya, Bambang Hendarso beserta tim intelnya yang sangat lengkap tersebut mendengarkan paparan investigasi yang telah saya lakukan selama masa hampir dua tahun terkait dengan kejahatan pidana Pilkada dari Kertas Suara Palsu yang diduga dilakukan terkait dengan Inkopol di Banten (Induk Koperasi Polisi), intimidasi, dan... ijazah palsu Ratu Atut Chosiyah, SE yang 'diduga' diterbitkan oleh Universitas Borobudur, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Kalimalang, Jakarta Timur.

Jajaran perwira tinggi Polri yang mendengarkan laporan saya tersebut diatas menjadi sebuah kemungkinkan atas jasa baik salah seorang 'Guru' Spiritual Bapak Presiden RI Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, MA bernama Habib Alkaff yang juga menjadi konsultas spiritual beberapa Pati (Perwira Tinggi) Polri lainnya. Habib Alkaff adalah yang memakai gamis putih dengan sorban hitam namun senang bersepatu boots ala militer, adalah seorang yang sangat ramah dan very helpful. Dia menganggap anak terhadap saya. Katanya anak perempuan Habib ada yang mirip dengan wajahku, sehingga rasa iba dan sayangnya muncul begitu melihat saya dan menyaksikan dari dekat bagaimana saya berjuang menjujurkan keadilan serta membingkai politik dengan hukum yang selama ini sangat liar di Indonesia. Dan menurut Habib katanya saya punya bakat menjadi Rabiah Al Adawiyah, yang ketika mendengar ungkapan tersebut saya malah menjadi tergelak lama tak dapat berhenti. Entah karena tiba-tiba saya menjadi ge'er atau entah karena merasa terharu atas sanjungan tersebut karena selama ini jarang sekali ada pihak yang berempati atau bahkan sekedar bersimpati terhadap apa yang sedang saya upayakan untuk dijujurkan demi Indonesia yang lebih baik dimasa depan.

Selain menemui Kabareskrim yang sekarang menjadi Kapolri, Habib Alkaff juga berbaik hati menemani saya dan tim lawyeruntuk melaporkan kasus Polisi Gadungan yang diduga dikirim oleh tim Atut didalam melakukan kontra intelijen didalam penyelidikan kasus dugaan ijazah palsu yang dipakainya pada saat mengikuti Pilkada Banten 2006 yang lalu itu kepada Kadiv Propam (Provost dan Keamanan). Yaitu Kepala Divisi yang dianggap sebagai Hakimnya para perwira Polri, atau biasa mereka sebut sendiri sebagai 'malaikat pencabut nyawa' ditubuh Polri. Nama kadiv Propam tersebut adalah Irjenpol Gordon Mogoot. Tampak didalam gambar diatas duduk disamping kanan Habib Alkaff dan diapit disebelah kirinya Kapolda Maluku Utara Bapak Brigjen Pol Mustafa (orang Madura) yang sedang beranjangsana dikantor Pak Gordon Mogoot.

Setelah beberapa kali melakukan pelaporan atas delik pidana dugaan ijazah palsu tersebut, kami para penjujur keadilan masih menaruh harapan tinggi kepada Polri untuk meletakkan Hak Citizen Law Suit kepada relnya yang benar sesuai dengan apa yang dijanjikan didalam UUD 45. Melaporkan hal-hal pidana yang seharusnya segera ditindaklanjuti. Karena para anggota Polri yang bekerja sebagai pelayan, pelindung, dan pengayom masyarakat seharusnya faham bahwa mereka digaji oleh pajak masyarakat yang dipotong dari penghasilan mereka. Nah, respon oknum petinggi Polri atas laporan dugaan ijazah palsu Ratu Atut Chosiyah, SE apakah secepat apa yang diharapkan oleh rakyat selama ini?

Allahu Akbar! Dari sana saya sudah mulai dapat mencium gelagat akan sulitnya investigasi/penyelidikan yang akan saya lakukan kedepannya. Karena, bagaimana mungkin saya akan mudah menginteli intel polisi yang melakukan kejahatan pendidikan kalau yang saya invenstigasi justru termasuk salah satu pelaku aktif delik pidana tersebut?

Sampai hari ini saya belum pernah menyatakan menyerah atas konsprirasi dari kejahatan delik pidana pendidikan yang 'diduga' dilakukan Ratu Atut Chosiyah, SE dan Universitas Borobudur, Kalimalang, Jakarta Timur. Saya yakin, demi mendapatkan simpati yang lebih besar dari rakyat yang sebagian sudah mulai merasa lelah dengan kekurangtegasan Presiden SBY didalam 5 tahun masa pemerintahannya dan terkesan 'takut' terhadap partai yang membesarkan Rt Atut Chosiyah, SE, akan melakukan juklak dan juknis kepada Mendiknas dan Kapolri (yang dahulunya adalah Kabareskrim yang pertama kali menerima laporan saya atas citizen law suit terhadap pidana pendidikan ijazah palsu yang 'diduga' dilakukan oleh Rt Atut Chosiyah, SE disaat mengikuti Pilkada Banten 2006 lalu) sebagai delik pidana kebohongan publik untuk mendapatkan posisi birokrasi yang terncam oleh Pasal KUHP dan UU Sisdiknas.

Allahu Akbar! Allah tidak tidur... saya yakini cepat atau lambat ‘dugaan' kasus pidana ijazah palsu Ratu Atut Chosiyah, SE dari Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Kalimalang, Jakarta Timur akan terungkap dan seluruh stakeholders delik pidana yang terkait akan dimintakan pertangungjawabannya didepan publik. Bila Presiden SBY ingin terpilih lagi oleh rakyat pada Pipres 2009 didepan, saya yakini hati bersih beliau tentunya akan digerakkan oleh Kebenaran-Nya dan bersegera mengeluarkan Keppres baru dan membatalkan Keppres lama terkait dengan pembereskan kasus delik pidana Ratu Atut Chosiyah, SE yang diduga telah mencoreng dunia pendidikan Indonesia.

Saya kasihan pada pendidikan Indonesia kita, saya kasihan pada rakyat Banten, dan saya sejujurkan saya juga kasihan kepada Ratu Atut Chosiyah, SE yang semakin lama semakin bertambah besar kebohongannya demi untuk menutupi delik pidana yang ‘diduga'selama ini telah dilakukannya bersama-sama dengan Universitas Borobudur yang telah mengeluarkan ijazah SE untuknya. Innalillahi wa innailaihi rojiuuunnnn... semoga Allah SWT terus melindungi kita semua dari murka-Nya.

Senin, 03 Agustus 2009

'Dugaan' Strategi Bom sebagai Upaya Mengalihkan Masalah Besar Kegagalan KPU 2009

Tulisan Kritis Saudariku Marissa Haque Sahabat Nisye Istriku, pada Blog-nya di Grup Harian Kompas, Jakarta.

Sumber: http://marissahaque.kompasiana.com



Sebenarnya judul tulisan yang akan saya gunakan sebagai pemaparan salah satu mozaik dari sekumpulan perjuangan para penjujur keadilan Indonesia kali ini adalah: “‘Dugaan’ Legalisasi Kecurangan Pilkada Banten 2006: ‘Dugaan’ Terlibatnya KPUD Banten, Presiden SBY, Wapres JK, Kapolri, & Ratu Atut Sendiri”, untuk menggambarkan bahwa suasana carut marut-centang perenang yang dihadapi bangsa ini sejak lima tahun belakangan ini adalah sebuah disain yang memiliki ‘template’ sama persis dengan apa yang pernah kita semua alami didalam dominasi rezim Orde Baru yang pernah sangat lama berkuasa secara represif dan otoritatif itu!

Bahwa ‘kekonyolan’ berita kecurangan Pilpres 2009 sebenarnya adalah BERITA BASI, yang terus berulang serta dapat dengan mudah diprediksi. Sama persis dengan situasi dan kondisi Pilkada Banten 2006 yang dipenuhi oleh ratusan systemized crime yang by design serta holistic. Bahkan hari ini saya merasa bahwa bila kita tidak pandai ‘berkelit,’ maka menjelang diberlakukannnya UU ITE dipertiga awal tahun 2010 kedepan ini, karakter ‘demokratis’ medium “we-media” Kompasiana.com kita tercinta ini sangat mungkin hanya tinggal dalam catatan sejarah belaka. Judul yang ada diatas muncul sebagai inspirasi dalam riset independen yang saya lakukan beberapa saat yang lalu sampai hari ini, yang ternyata adalah hanya satu dari ribuan elemen yang tidak berdiri sendiri. Dia ada dalam sebuah sub-jaringan sistemik menuju aim/goal yang sama. Yaitu mempertahankan status-quo dari para pemain lama yang sudah berganti baju dan panggung baru (Machiavelli dalam Il Principe), agar tetap terus dapat dipercaya oleh ‘sang tuan putih’ nun diseberang lautan sejauh half way round the wolrd. Para ‘tuan’ penggagas The Washington Concensuss yang berisikan tiga institusi berpengaruh besar abad ini: (1) IMF; (2) World Bank; (3) WTO.

Sebenarnya berkembangnya curiosity saya terkait keterangan tersebut diatas adalah ketika didalam masa dua tahun riset dipedalaman hutan Provinsi Riau – pada tahun 2007-2008 – dengan mata kepala sendiri saya menyaksikan kerusakan masif hutan diwilayah propinsi itu yang diikuti oleh kehancuran kebudayaan setempat, meningkatnya kriminalitas, dan bertumbuh suburnya kekuasaan oknum sisa rezim Orde Baru dengan teknik meminjam wajah Budaya Melayu lokal berbaju demokrasi. Kejahatan lingkungan hidup di Provinsi Riau berbanding lurus dengan korupsi birokrasi dan korupsi ekonomi dengan memberikan kemenangan mutlak pada Pilkada di Provinsi Riau tahun lalu. Padahal disaat yang bersamaan Kandidat Gubenur Riau saat itu (incumbent) sudah dalam status sebagai saksi kasus korupsi dan kasus delik pidana ILLEGAL LOGGING (pencurian kayu) di Pengadilan Tipikor Jakarta Selatan dan menjelang menjadi TSK (TERSANGKA). Bahkan salah satu Bupatinya disana sekitar dua minggu setelah disidang langsung dijebloskan ke’pesantren’ Tipikor Jakarta Selatan.

Sehingga mulai dari tulisan kali ini kedepannya, para pengunjung kompasiana.com maupun para blogger lainnya yang kebetulan mampir dan membaca tulisan ini akan semakin kenal karakter perjuangan, yang selama ini saya dan tim penjujur keadilan lakukan kedepannya. Sekalian menjawab “say hello” Pak Prayitno yang disayang Allah, ketika kemarin sembari bernyanyi dipanggung kemarin saat Kopdar menyapa saya dan mengucapkan: "… hehehe… Atut maning… Atut maning” (smile). Bercanda ya Pak Prayitno yang baik…

Sehingga kedepannya dalam tulisanku kelak, upaya penyampaian hasil riset semi formal saya tidak ‘melulu’ sekedar berasal dari Provinsi Banten dengan tokoh utama Ibu cantik bernama Ratu Atut Chosiyah, SE -- yang diduga mendapatkan Sarjana Ekonomi-nya dibawah syarat dasar kompetensi kelulusan nasional Dikti -- kognisi, afeksi, psikomotorik -- yaitu untuk kelulusan Sarjana Strata 1 harus diselesaikan selama masa minimal 4 (empat) tahun. Nah, sementara Ratu Atut Chosiyah, SE, diduga sukses mendapatkan S1 Sarjana Ekonominya hanya dalam 8 (delapan) bulan saja… Luar biasa!

Disamping itu, juga walau 3 (tiga) pasang kandidat dari partai lain – selain Golkar dan PDIP yang mendukung Atut – ‘berteriak-teriak’ soal status Atut yang care taker (bukan incumbent) berijazah palsu dan aduan malah sampai ke Istana Negara dan Sekab serta Sekneg (saya lakukan sendiri bersama beberapa kader dari Partai Demokrat dan PKS) melalui Aspri Presiden SBY (Brigjen Kurdi Mustopha) dan Aspri Ibu Ani SBY (Nurhayati Assegaf, SH/sama-sama di KAHMI dengan saya), melalui Prof. Dr. Adnan Buyung Nasution (Staf Khusus Kepresidenan bidang Hukum), melalui beberapa Ketua Partai Demokrat mulai dari Prof. Dr Mubarok, Inggrid Kansil (suaminya Ketua Fraksi PD di DPR RI), Sarjan Taher, Benny K. Harman, Johny Allen, Vera Rumangkang dan Ayahnya Ventje Rumangkang, sampai dengan adinda Angelina Sondakh dan Adjie Massaid! Ternyata setelah mencoba membantu – dengan segala hormat terimakasih saya yang sangat tinggi bagi mereka yang telah membantu dan yang namanya tersebut diatas – mereka semua ‘angkat tangan’ dan mengakatakan tidak dapat membantu perjuangan saya lebih jauh karena beberapa pertimbangan. Salah satu yang diungkapkan adalah: (1) sudah kadaluwarsa; (2) daaaaaan… yang ini paling menyakitkan diucapkan oleh Aspri Ibu Ani SBY bernama Nurhayati Assegaf , SH dirumahnya didaerah Cililitan malam hari ketika saya desak apa jawaban dari Ibu Negara Ani SBY: ”… karena Bapak Soesilo Bambang Yudhoyono ‘hanyalah’ Presiden biasa!”


Secara pribadi lalu mereka mendekati saya, agar berkeinginan untuk bergabung dalam wadah Partai Demokrat untuk kedepannya dikader dan dibina. Rencana nantinya saya dapat bocoran A1 akan dikirim kesalah satu negara di Eropa Timur menjadi Duta Besar. Yang penting asal mau menjadi kader PD, dibina dalam masa kurang-lebih setahun, dan melupakan perjuangan saya untuk rakyat Banten terkait perlawanan atas kecurangan sistemik Ratu Atut dan keluarga besarnya (Ayahnya)!

Kalau saya silau dengan kedudukan duniawi tersebut dan melakukan perjuangan untuk diri sendiri, tentu seperti Mas Amris Fuad Hasan teman baik saya saat di PDIP lalu, walau partainya bersikap sebagai oposisi namun tawaran emas seperti itu seharusnya wajib diambil. Mas Amris Fuad Hasan (PDIP) hari ini adalah Duta Besar di New Zealand atas jasa baik Vera Rumangkang (PD/Anggota DPR RI Komisi XI/mantan calon Kakak Ipar Angelina Sondakh lalu) dan ayahnya Pak Ventje Rumangkang yang sangat saya hormati (beliau ini sangat humble dan murah hati/dermawan). Terakhir masa tugas kami – Mas Amris dan saya – adalah ke Geneve, Swiss untuk merapihkan persiapan IPU (International Parliement Union) yang diadakan di Jakarta tahun depannya. Posisi saya sat itu adalah Wakil Ketua Ketua Delegasi Indonesia yang berpusat di IPU, Geneve, Swiss yang Ketua Delegasi Indonesia-nya dipegang oleh Mas Amris (kedua dari kami saat itu adalah PDIP). Namun sejujurnya dari hati sanubari saya yang terdalam ingin saya sampaikan rasa terimakasih serta penghargaan yang luar biasa atas tawaran kesempatan yang pernah ditawarkan kepada saya kemarin itu. Saya ingin mengambilnya bilamana kompetensi saya mencukupi untuk menjadi seorang Duta Besar, seperti almarhum Ayah Mertuaku yang memang seorang Diplomat Karir.

Mungkin kalau tawaran itu diberikan kepada Ikang Fawzi suamiku hari ini ceritanya akan berbeda, karena Ikang adalah anak keluarga besar Deplu dan dibesarkan dalam lingkungan Deplu diluar negeri. Serta partai dimana suamiku bergabung (PAN) adalah ketua tim sukses pada Pilpres 2009 yang baru lalu ini – Bapak Hatta Radjasa. Sehingga tawaran saat lalu sebagai barter perjuangan saya di Banten saya anggap sebagai salah alamat. Seharusnya diberikan kepada Ikang Fawzi suamiku. Sementara saya hanya ingin mendampingi suami sajaaaa… itu juga jikalau kelak tawaran itu datang lagi! Namuuuun… tawaran yang datang untuk Ikang lho, jadi tidak perlu untuk saya! Biar Ikang Fawzi suamiku saja yang menjadi Duta Besar seperti almarhum Dato’ Fawzi Abdulrani Ayahnya dan seperti Mas Amris Fuad Hasan kawan baikku, biar saya jadi Ibu Dubes-nya saja seperti Ibu (Ratu) Setia Nurul Muliawati almarhumah Ibu Mertuaku saat lalu. Saya tidak akan pernah ingin ‘menjual’ keyakinan perjuangan Banten dengan kedudukan apapun juga. Karena akan mencemarkan value of persistency yang selama ini saya jaga didalam nawaitu-ku.


Pernyataan KPU yang Melemah Tidak Melegakan!

Apakah saya berbahagia dengan pernyataan Prof. Dr. Hafiz Anshari Ketua KPU yang didalam gambar headline Kompas hari ini didampingi Putu Artha dan Andi Nurpati? Saya hanya dapat menyunging senyum kecil diujung bibir. Dalam hati saya ‘berteriak’: “ Yess! Wayamkuruna wayam kumullaaaaah… wallahu khoirun maakiriin”, yang artinya kurang lebih adalah “silahkan wahai kalian manusia untuk merencanakan makar, namun sesungguhnya Allah SWT Azza wa Jalla adalah Maha Pembuat Makar!” Strategi KPU yang menunda mengesahkan putaran ketiga Pileg 2009 dimana terdapat 40 nama yang sesungguhnya berhak secara konstitusional – nama saya Marissa Haque Fawzi berada didalam 16 daftar nama Caleg asal PPP dapil Jawa Barat (bukan lagi dapil lama di Jabar 1 sesuai Undang-undang!) – saya ‘duga’ telah dibalas oleh Sang Maha Kuasa dengan ‘menggulung’ mereka atas munculnya gugatan Zainal Ma’arif kader Demokrat – dulu kader PPP, terus PDIP (Mega-Bintang), lalu PBR (dan menjadi salah satu Ketua DPR RI), kembali ke PPP (dilantik bersama saya tahun lalu), belakangan 2009 ini menjadi Demokrat) – yang mengancam secara konstitusi dengan men-DELEGITIMASI keabsahan perjalanan Pilpres 2009 karena menghasilkan MARGIN OF ERROR hampir 40%! Sehingga paket dari hancurnya kualitas pengelolaan Pilpres 2009 adalah karena bukan ditangani oleh ahlinya. Juga berarti sama dengan rencana Negara menjebloskan Ketua KPU 2009 beserta seluruh ketujuh perangkat komisionernya untuk ‘nyantri’ dipenjara! Allahu Akbar! Para ahli agama Islam dengan gelar Professor, Doktor, SAg, dll kenapa harus mereka yang mengurus urusan sepelik KPU dan Pilpres yang akan menentukan hajat hidup sekitar 225 juta penduduk Indonesia? Mereka saya duga TIDAK MEMILIKI KOMPETENSI dibidang Politik dan Statistika! Saya duga lebih jauh bahwa mereka hanya mengerti urusan akhirat! Itu juga kalau mereka faham bahwa tidak menjalankan amanah rakyat, sebanarnya berati sama juga dengan bermakna masuk neraka setelah mereka keluar kelak dari penjara didunia!

Pernyataan KPU 2009 pagi tadi di Kompas halama depan, justru menambah catatan kami-kami bahwa ada hal yang lebih buruk yang sebentar lagi kami duga akan terjadi. Karena dampak bom Marriot membuat aparat se-Indonesia jadi punya alasan untuk meningkatkan kesiagaannya dan berjaga dalam kondisi ‘siap perang.’ Namun perang dengan siapa??? Dengan rakyat sendiri??? Kenapa pagar kawat duri didepan Istana Negara harus lebih heboh dan tebal dibanding kawat Kedutaan Besar Amerika Serikat yang selama ini dianggap adalah target demo rakyat yang sedang ‘ngambek’ pada Negara adikuasa tersebut? Saya menduga ada yang salah dengan strategi yang telah dijalankan oleh pemerintahan SBY-JK lalu. Bahwa 60%-an rakyat berbondong-bondong memilih SBY-Boediono dari yang eligible to vote bukan berarti merepresentasi hajat hidup seluruh bangsa Indonesia. Apalagi bagi kita semua yang faham betul beberapa teori: (1) Teori Media/Political Marketing; (2) Teori Konspirasi; dan (3) Strategi Perang Tsun Zhu (Enclave and Pre-Emptive).

Ledakan Bom di Ritz dan Mariott juga mengalihkan fokus sebagian besar rakyat Indonesia dari BOM SESUNGGUHNYA yang berasal dari ketidakpuasan hasil yang diduga sangat curang dan sistemik SE-INDONESIA mulai dari DPRD tingkat 2, DPRD tingkat 1, dan… DPR RI. Semuanya akan bermuara kepada delegitimasi pelaksanaan dan hasil Pilpres 2009 lalu. Kita semua faham bahwa didalam riset dalam koridor akademik, margin of error yang masih dapat ditoleransi hanya 5% saja. Nah, kalau sampai 40%??? Maka jawabannya adalah BIAS, alias tidak soheh atau tidak reliable dan tidak accountable! Arti lebih lanjut lagi??? Ya, memang sejujurnya walau pahit HARUS DIULANG! Ada uang atau tidak ada uang, itu soal yang berbeda, namun dengan melihat title akademik yang terhormat Bapak SBY yang Doktor dari IPB Fakultas Ekonomi Pertanian dengan IPK 4 murni, maka dengan segala kerendahan hati ingin saya sampaikan demi nama baik IPB salah satu almamaterku tercinta agar Pak SBY memakai cara pandang metodologi soheh yang dipakai disaat membuat disertasinya dulu. Bahwa margin of error tidak boleh lebih dari 5%. Dan bila lebih dari 5%, maka… WAJIB DIULANG! Karena tidak soheh dan bias. Hapunteeen… maaf sejutaaaaa… kami sangat menginginkan dari Bapak Presiden SBY bahwa sebagai lulusan dari salah satu respectable university di Indonesia, Bapak SBY memberikan contoh kepada kami para yuniornya juga sekaligus contoh bagi kepada seluruh rakyat Indonesia terkait masalah KEJUJURAN – termasuk kejujuran akademik – yang bukan semata SANTUN dan MEMAKAI AKAL SEHAT seperti yang sering Bapak ungkapkan selama ini.


Allahu Akbar! Kita belum merdeka!